Friday, 19 October 2018

Sejarah Pondok Pesantren As-Salafiyah Krangkeng

Pondok Pesantren Assalafiyah
NSPP 510032120140
icon kyai H. Asror Sobari
icon lokasi Kalianyar-Krangkeng-Indramayu, Krangkeng, Indramayu
icon telp 08112404048
icon website https://yayasanasshobari.blogspot.com/


        Yayasan Pondok Pesantren Asy-Syafi’iyyah adalah lembaga pendidikan Islam nonformal (pondok pesantren tradisional) yang bergerak dalam bidang pendidikan ilmu ke-agama-an. Awalnya, lembaga pendidikan ini memakai sistem klasik/ tradisional (salaf) yang terlaku saat itu. Metode belajar-mengajarnya tidak terprogram dengan baik dan tidak sistematik, serta tidak jelas medan interaksi belajar-mengajar. Saat itu, seorang guru (kiai) hanya menitik-beratkan pada pengajaran ”qiroatul kutub” (membaca kitab) dan "qiroatul qur'an" (membaca al-qur'an) serta kitab–kitab fikih tingkat dasar sampai tinggi dengan sistem ”sorogan” yang bertempat di musholla dan kelas.
 para santri/ siswa dididik langsung oleh K.H. Shobari (al marhum), pendiri Pondok Pesantren As-salafiyah, Kemudian, diteruskan oleh K.H. Asror shobari (pengasuh), sebagai generasi pertama K.H. Shobari. 

Jenjang pendidikan Pesantren As-salafiyah

  • TK unggulan
  • Madrasah Ibtida'iyyah (pagi)
  • Madrasah Diniyyah (sore )
  • SDIT
  • SMP
  • SMK
  • Majlis Ta’lim: -Harian (ibu-ibu, setiap ba'da maghrib); mingguan (bapak-

    Tenaga pengajar

    Untuk menjaga mutu pendidikan, Yayasan Pondok Pesantren Asy-Syafi'iyyah, merekrut tenaga pengajar profesional yang sesuai dengan bidang masing-masing, baik lulusan dalam maupun luar negeri.

Thursday, 18 October 2018

Hukum Baca Al-Qur’an dan Zikir dalam Kondisi Hadats

Hukum Baca Al-Qur’an dan Zikir dalam Kondisi Hadats

Kamis, 13 September 2018 16:35

Banyak ayat Al-Qur’an dan hadits yang menganjurkan dan menjelaskan keutamaan membaca Al-Qur’an dan berzikir. Ali Imran ayat 190 menyebut keutamaan orang yang berzikir dalam situasi apa pun, baik dalam duduk, berdiri, maupun berbaring.

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ

Artinya, “Mereka adalah orang yang berzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring. Mereka merenungkan penciptaan langit dan bumi,” (Ali Imran ayat 190).

Tidak berlebihan kalau kemudian para ulama memutuskan bahwa membaca Al-Qur’an dan berzikir dalam keadaan berhadats sekalipun. Lafal zikir ini meliputi bacaan tasbih, tahlil, tahmid, takbir, shalawat untuk Nabi Muhammad SAW, doa, dan lafal lainnya.

أجمع العلماء على جواز الذكر بالقلب واللسان للمحدث والجنب والحائض والنفساء، وذلك في التسبيح والتهليل والتحميد والتكبير والصلاة على رسول الله صلى الله عليه وسلم والدعاء وغير ذلك

Artinya, “Ulama bersepakat atas kebolehan zikir dengan hati dan lisan bagi orang yang berhadats, junub, haid, dan nifas. Zikir itu meliputi bacaan tasbih, tahlil, tahmid, takbir, shalawat untuk Nabi Muhammad SAW, doa, dan selain itu,” (Lihat Imam An-Nawawi, Al-Adzkar, [Damaskus: Darul Mallah, 1971 M/1391 H], halaman 8).

Keputusan ulama perihal kebolehan membaca Al-Qur’an dan berzikir dalam kondisi berhadats ini bukan berarti perintah untuk mengabaikan bersuci terlebih dahulu. Ulama tetap menganjurkan orang yang berhadats untuk bersuci terlebih dahulu sebagai bentuk keutamaan sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Alan As-Shiddiqi dalam Syarah Al-Azkar, Al-Futuhatur Rabbaniyyah yang dikutip berikut ini.

قال في المجموع إجماع المسلمين على جواز قراءة القرآن للمحدث والأفضل أن يتطهر لها قال إمام الحرمين والغزالي في البسيط ولا نقول قراءة المحدث مكروهة وقد صح أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يقرأ مع الحدث اهـ 

Artinya, “[Imam An-Nawawi] berkata di dalam Al-Majemuk perihal kesepakatan ulama mengenai kebolehan membaca Al-Quran bagi orang yang berhadats. Yang afdhal, orang yang berhadats sebaiknya bersuci terlebih dahulu untuk membacanya. Imam Al-Haramain dan Imam Al-Ghazali dalam Kitab Al-Basithmengatakan bahwa kami tidak mengatakan makruh atas bacaan Al-Quran oleh orang yang berhadats. Hadits shahih meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW membaca dalam keadaan hadats,” (Lihat Ibnu Alan As-Shiddiqi, Al-Futuhatur Rabbaniyyah, [Beirut: Daru Ihyait Al-Arabi, tanpa catatan tahun], juz I, halaman 137).

Setelah menetapkan kebolehan bahwa membaca Al-Qur’an dalam kondisi berhadats, ulama juga menarik simpulan bahwa berzikir dalam kondisi berhadats juga diperbolehkan. Mereka mendasarkan pandangannya pada hadits riwayat Shahih Muslim berikut ini:

ومن ثم سن الذكر للإنسان وإن كان محدثا ففي صحيح مسلم كان صلى الله عليه وسلم يذكر الله على كل أحيانه ولا يعارضه خبر كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يذكر الله على كل أحيانه إلا الجنابة وخبر كرهت أن أذكر الله إلا على طهر

Artinya, “Dari sini kemudian seseorang dianjurkan berzikir sekali pun dalam keadaan berhadats. Dalam Shahih Muslim disebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW berzikir setiap saat. Hadits lain yang meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW berzikir setiap saat kecuali dalam keadaan junub dan hadits ‘Aku tidak suka berzikir kepada Allah kecuali dalam keadaan suci’ tidak menafikan hadits sebelumnya,” (Lihat Ibnu Alan As-Shiddiqi, Al-Futuhatur Rabbaniyyah, [Beirut: Daru Ihyait Al-Arabi, tanpa catatan tahun], juz I, halaman 137).

Meskipun demikian, kami menganjurkan mereka yang tidak memiliki uzur untuk bersuci terlebih dahulu sebelum membaca Al-Qur’an atau berzikir agar mendapatkan keutamaan dalam beribadah.

Adapun mereka yang memiliki uzur sebaiknya tetap membaca Al-Qur’an atau berzikir tanpa perlu khawatir ketidaksahan atau penolakan atas ibadahnya.

Jangan sampai kondisi hadats kecil menghalangi seseorang untuk memenuhi perintah ibadah membaca Al-Qur’an atau berzikir sebagaimana keterangan Ibnu Alan dalam Al-Futuhatur Rabbaniyyah, [Beirut: Daru Ihyait Al-Arabi, tanpa catatan tahun], juz I, halaman 137). Wallahu a‘lam

Pesantren AsSalafiyah Krangkeng Didik Santri dan Masyarakat

Pesantren As-Salafiyah Didik Santri dan Masyarakat

Rabu, 17 oktober 2018




          Pondok Pesantren Assalafiyah, berdiri pada tahun 1982. Pondok Pesantren Assalafiyah beralamat di Kalianyar-Krangkeng-Indramayu, Krangkeng, Kabupaten Indramayu , Propinsi Jawa Barat. Pondok Pesantren Assalafiyah mempunyai potensi di bidang ekonomi yaitu Perternakan. Jumlah santi di Pesantren Assalafiyah adalah 223, dengan perincian jumlah santri pria berjumlah 137 orang dan santri perempuan berjumlah 86 orang, dengan tenaga pengajar berjumlah 57 orang.
Di dalam laman Assalafiyah disebutkan, pesantren itu didirikan dalam kapasitasnya sebagai lembaga pendidikan keagamaan dan sosial kemasyarakatan, senantiasa eksis dan tetap pada komitmennya sebagai benteng perjuangan syiar Islam.
Tentu saja, mengembangkan pesantren tidak semudah membalikkan tangan. Sejak berdiri pada 1982...
Patuh pada guru dan orang tua
        Keberhasilannya dalam mengembangkan pesantren dan pengajian bersama masyarakat, menurut saya adalah patuh kepada perintah guru dan orang tua. Kedua, banyak silaturahim dengan masyarakat setempat.Asshiddiqiiyah 3 menyelenggarakan pendidikan dalam beberapa jenjang mulai Madrasah Ibtidaiyah, Tsanwiyah, Aliyah, SMK dan SMA. Semua siswa dan siswi, kecuali Madrasah Ibtidaiyah, berada dan tinggal di asrama

Selain mendidik santri, As-salafiah mengadakan pengajiian untuk masyarakat. Setahun setelah berada di pesantren itu, ponpes assalafiah membuka pengajian umum setiap hari,
as-salafiyah menyelenggarakan pendidikan dalam beberapa jenjang mulai Madrasah Ibtidaiyah, Tsanwiyah, SMP, SMK, SDIT. Semua siswa dan siswi, kecuali Madrasah Ibtidaiyah, berada dan tinggal di asrama

Selain mendidik santri, As-salafiyah mengadakan pengajiian untuk masyarakat. Setahun setelah berada di pesantren itu, ponpes assalafimembuka pengajian umum setiap hari
,

Wednesday, 17 October 2018

Pemkab Indramayu Diminta Bantu Pembangunan Masjid Assalafiyah

Pemkab Indramayu Diminta Bantu Pembangunan Masjid Assalafiyah

Rabu, 14 Februari 2018 — 13:49 WIB


INDRAMAYU  Syiar Islam di  Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat  kian marak setelah hadirnya Pondok Pesantren (Ponpes) Assalafiyah yang dikelola Yayasan Asror Sobari.
Komplek Ponpes  Assalafiyah ini berada di lokasi strategis, yaitu  Jalan Raya Indramayu – Cirebon.
Ponpes  yang dikelola putra Kyai Sobari ini sukses mengembangkan  pendidikan keagamaan di masyarakat. Sekarang Ponpes Assalafiyah itu tengah  membangun masjid. Berukuran panjang 21 Meter dan lebar 18 Meter. Mampu menampung jamaah shalat sekitar 1.000 orang.
Ketua Yayasan As-Sobari, KH.Asror Sobari dalam percakapannya dengan Pos Kota, Selasa (13/2/18) mengemukakan, biaya pembangunan masjid dianggarkan sebesar Rp1,5 milyar. Saat ini pembangunan masjid baru mencapai 50 persen dan telah menghabiskan anggaran Rp.750 juta. Untuk merampungkan pembangunan masjid ini, pimpinan yayasan masih membutuhkan bantuan  dana dari para donatur sebesar Rp750 juta lagi.
Karena itu ia berharap kepada Bupati Indramayu Hj.Anna Sophana  memberikan bantuan  guna  merampungkan pembangunan masjid itu. Saat peletakkan batu pertama pembangunan masjid itu kata KH.Asror Sobari, dihadiri Bupati Indramayu Hj.Anna Sophana, Ketua PBNU Said Aqil Siraj dan sejumlah pejabat  lainnya.
“Pada saat peletakan batu pertama, Bupati Indramayu belum memberikan bantuan. Sekarang pembangunannya  sudah mencapai 50 persen. Ibu Bupati Hj.Anna Sophana diharapkan memberikan bantuan dana untuk pembangunan masjid ini,” ujar KH.Asror Sobari.
Ponpes Assalafiyah yang dikelola Yayasan As-Sobari tak sekedar mengajarkan kajian kitab kuning seperti pendidikan di Ponpes  lainnya,  tapi juga menyelenggarakan pendidikan formal dari mulai Madrasah Diniyah, SMP Assalafiyah dan SMK Assalafiyah.
Animo masyarakat menyekolahkan anaknya di lembaga pendidikan ini cukup tinggi. Sebagai gambaran,  pendidikan Madrasah Diniyah sekarang memiliki murid 400 anak. Pendidikan SMP Assalafiyah memiliki 150 anak, SMK Assalafiyah memiliki 350 anak. Sementara jumlah santrinya sebanyak 170 anak. Para santri sebagian merupakan penduduk lokal. Sebagian besar lainnya berasal dari Karawang, Bekasi, Subang dan Brebes.

Tradisi Unik Santri Baru di Pesantren As-Salafiyah

Tradisi Unik Santri Baru di Pesantren As-Salafiyah

Selasa, 17 Oktober 2018 02:07

Gambar : Kelas Madrasah
1. Ziarah Rutinan 
Makam K.H. Shobari 
      Di pesantren yang didirikan oleh K.H. Shobari yang terletak di sebuah kampung yang nyaman. lahir sebuah tradisi unik yang sudah berjalan sejak puluhan yang lalu, yaitu setiap santri baru “diusahakan”, bahkan ada yang  "wajib" untuk rutin berziarah ke makam masyayikh (sesepuh) Pesantren setiap hari jumat berturut-turut tanpa putus.  

2. Muhadoroh Rutinan

       Muhadoroh rutin di lakukan setiap malam jumat, yaitu setiap santri di wajibkan menampilkan bakat keterampilannya, kegiatan yang sangat mendidik karakter dan jiwa santri, karena di acara ini setiap santri harus melatih mentalnya baik belajar MC, pidato, sholawatan. baca puisi, drama.... walaupun cukup terbilang sederhana dengan alat bantu seadaanya, tapi mereka tetap antusias melakukannya dengan sangat gembira dan semangat yang luar biasa, karena mereka yakin bahwa dengan adanya latihan ini mental dan jiwanya akan kuat dan terbiasa di saat menghadapi masyarakat umum nantinya... good job...

3. Musyawaroh Rutinan

        Namanya "Musyawarah" sudah tentu berkaitan dengan masalah problema masyarakat, di pondok pesantren As-salafiyah sudah lama mengadakan musyawarah rutinan yang di selenggarakan setiap malam minggu, dimana yang menjadi rois yaitu santri senior dan anggota lainnya adalah santri, musyawaroh kami masih membahas masalah ilmu Fiqh, karena menurut kami ini lebih penting, setiap santri di latih untuk bertanya, menjawab pertanyaan dengan jawaban yang mereka dapat saling memberikan saran dan kritik kepada santri lain sesuai apa yang mereka pelajari dari isi kitabnya masing",  setiap kelas di bagi tingkatan kitabnya mulai dari terendah safinatun najah sampai yang tinggi... dan di setiap ujung acara semua pertanya di kumpulkan dan di jawab oleh Ketua pondok pesantren, inilah yang di ajarkan di pesantren kami agar santri bisa menjawab pertanyaan dari masyarakat dengan lantang dan lancar. Semangatt....